Konon menjelang akhir pemerintahan Sunan Amangkurat I Tegal Arum(1641-1677) mendapat wangsit bahwa alas Paberingan kejatuhan wahyu keraton. Sehingga ia bermaksud memindahkan keraton Ngeksigondo ke hutan tersebut. Kemudian dimulailah dengan membangun benteng keraton. Calon kraton ini akan dinamakan Garjitawati yang berarti osiking raos ingkang sejatis atau dalam bahasa Indonesianya "kata hati yang murni". Rencana tersebut tidak berlanjut karena keraton Mataram lebih dulu direbut pemberontak Trunojoyo yan didukung rakyat, menentang Amangkurat I yang mengakui bahwa kedaulatan penjajah Belanda dan bertindak kejam membantai 6000 santri Giri dan juga kerabat dekatnya sendiri. Dengan bantuan pasukan Banyumas dan Bagelen atau sekarang Kebumen, pemberontak Trunojoyo dapat ditumpas dan Amangkurat Jawa ( Pangeran Anom Amral) dengan gelar Amangkurat II (1677-1678). Kotaraja yang rusak di pindah ke Kreta( yang berarti aman sejahtera).
Setelahsatu tahun perjanjian Giyanti ditanda tangani padatahun 1755, Alas Paberingan di bangun secara bertahap menjadi kompleks keraton dan dinamakan keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, lengkap dengan taman-taman seperti Taman Sari, Kali Larangan untuk mengisi segaran dengan Pulau Kenanga di tengahnya yang dinamakan Yasa Kambang dan Panggung Krayak di luar benteng keraton seperti sekarang ini. Dan lakon arsitek yang diberi tugas untuk membangunnya adalah T Mangundipura.
No comments:
Post a Comment